Tarot Nusantara karya Hisyam A. Fachri

Kartu Tarot berbasis RWS yang sangat bernuansa Indonesia

Tarot Nusantara merupakan kartu buah karya dari Hisyam A. Fachri dengan ilustrasi oleh Sweta Kartika. Hisyam A. Fachri sendiri merupakan seorang trainer profesional, terutama yang berkaitan dengan character building dan SDM, juga seorang mind consultant psychology, Counselor, Instruktur Senior di berbagai perusahaan serta Mind Therapist di LPT Biro “Jasa Psikologi Indonesia” di Jogja dan Solo. Ide Kreatif beliau menciptakan 1 set kartu tarot yang diberi nama Tarot Nusantara, dengan mengambil simbol-simbol anatomi dan sketsa dari berbagai unsur budaya nusantara.

Nuansa keragaman Nusantara (Indonesia) tergambar di setiap lembar kartu yang menggunakan tradisi Rider Waite Smith ini. Dengan berbasis Rider-Waite, deck ini mudah digunakan oleh petarot pemula. Ilustrasi-ilustrasi pada Tarot Nusantara mudah dipahami dan kaya dengan simbol-simbol yang mudah dimengerti.

Setiap elemen dari kartu mewakili kebudayaan dari suku di Nusantara. Pada arkana minornya, warna merah kecokelatan (elemen Tongkat) diwakili pola atau motif batik Jawa dan Bali; kuning kecokelatan (elemen Koin) diwakili Tongkonan dari Toraja; hijau (elemen Pedang) merujuk pada Dewa Angin Waprakeswara di Kutai (Dayak); dan warna “panas”, seperti merah, cokelat, putih, hitam, dan biru (elemen Piala) diwakilkan oleh corak batik suku Sentani, Papua.

Edisi Kartu Tarot Nusantara

Kartu ini pada awalnya dicetak dengan sistem self publishing. Cetakan pertama dengan motif seperti terlihat diatas banyak diistilahkan dengan edisi Truntum. Edisi tersebut saat ini sudah tidak ada lagi di pasaran. Hingga akhirnya dicetak ulang dengan sedikit memodifikasi dan menetapkan beberapa perubahan minor. Edisi baru inilah dinamakan Tarot Nusantara Kawung.

Perbedaannya secara kasat mata dapat terlihat dari corak warna yang lebih hidup dan lebih eye-catching. Dan perbedaan yang paling signifikan diantara kedua edisi itu adalah : Edisi Kawung, desain kartunya tidak lagi menggunakan bingkai atau borderless. Dan juga perbedaan surface kartu yang mana ada edisi terbaru menggunakan laminasi matte, sehingga nampak lebih stylish dan lebih modern.

Sebagai objek penelitian ilmiah

Jangan disangka tarot cuma permainan belaka. Salah satu sivitas akademika Universitas Jendral Sudirman bernama Krisna Nugraha Adiputra membuat sebuah penelitian berjudul Semiotika Tarot (studi tentang simbol-simbol yang terdapat dalam tarot) dengan objek Kartu ini. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan penjelasan bagaimana makna dari ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam Kartu Tarot.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai sumber data kepustakaan mengenai Kartu Tarot. Objek dalam penelitian ini adalah Kartu Tarot Nusantara karya Hisyam A. Fachri. Jadi Kartu ini lumayan keren bukan? Bagi kamu, pecinta dan kolektor kartu tarot, segera miliki kartu ini sebelum hilang dari pasaran seperti edisi truntum yang sudah tidak dicetak ulang lagi. Kami dapat membantu melengkapi koleksimu.

Keterangan Lengkap Tarot Nusantara :

Nama : Tarot Nusantara.

Edisi : Truntum & Kawung.

Pembuat : Hisyam A. Fachri.

Ilustrator : Sweta Kartika.

Penerbit: Self publishing.

Tipe: Tarot Deck / Dek Tarot.

Basis : Rider Waite Smith.

Jumlah Kartu : 78.

Arkana Mayor: 22.

Arkana Minor : 56.

Kelompok : Tongkat, Piala, Koin, Pedang.

Kartu Court : Pembantu Perwira, Ratu, Raja.

Judul Mayor : Si Dungu, Sang Pesulap, Pendeta Wanita, Sang Ratu,Sang Raja, Ahli Tafsir Agama,Sang Pecinta, Kereta Perang, Kekuatan, Sang Pertapa, Roda Keberuntungan, Keadilan, Lelaki yang Digantung, Kematian, Kesederhanaan, Setan, Menara, Bintang, Bulan, Matahari, Pengadilan Akhir, Bumi.

Ukuran kartu :  7 cm x 10 cm

Bahasa : Indonesia

Kelengkapan :

• Pouch (Warna Random)
• Pendulum (Edisi Truntum)
• Pada edisi Kawung terdapat Box dan Buku Panduan berbahasa Indonesia dengan judul The Real Art of Tarot.

Pros and Cons kartu ini

• Kelebihan dari kartu ini adalah Kartu ini keluaran lokal Indonesia yang tidak bisa didapatkan di negara lain. Materinya pun bersumber dari budaya nusantara. Harganya yang terjangkau walaupun edisi pertama sulit didapatkan lagi di pasaran.
• Kekurangan kartu ini adalah hasil cetakan yang seringkali mengelupas apabila dipakai. Sangat disayangkan sekali karena kartu ini merupakan masterpiece yang seharusnya dicetak secara sempurna dengan bahan yang berkualitas tinggi.